Friday, January 30, 2009

ACEH dari Sultan Iskandar Muda ke HELSINKI



PENULIS : HARRY KAWILARANG
ISBN : 978-176845-2
CETAKAN : I, NOVEMBER 2008
PENERBIT : BANDAR PUBLISHINGb ACEH
HARGA : 38.000,-


Bermula pada Minggu malam 26 Desember 2004 ketika mengikuti peristiwa musibah bencana alam tsunami yang dialami saudara-saudara kami di Aceh. Sekalipun hempasan ombak hanya kurang dari sejam, tetapi hanya dalam sekejap telah menghilangkan ratusan ribu nyawa manusia di pesisir pantai Samudera Hindia dari Aceh hingga pantai timur benua Afrika.
Namun yang paling menderita adalah Aceh dan Kepulauan Nias yang dekat dengan titik episentrum di lepas pantai barat Sumatera. Lebih dari 200 nyawa penghuni Aceh hilang.
Isteri saya, Susan malam itu mengikuti peristiwa itu yang disiarkan oleh semua chanel televisi internasional maupun nasional yang merupakan berita utama. di dunia berkomentar, “Kasihan orang-orang Aceh, harus begitu lama menderita.” Sambil menonton, saya pun ikut tenggelam dengan kesedihan karena terbawa oleh rasa solidaritas kebersamaan.
Saya bukan orang Aceh dan tak banyak mengetahui tentang sejarah Aceh. Tetapi saya terpikir pada pandangan Seneca filsuf Yunani mengatakan, “Tak siapa pun dapat hidup tenteram bagi dirinya sendiri, apa lagi mengurus bagi dirinya sendiri. Patut disadari, kita hidup di dunia ini untuk menghidupkan orang lain bila ingin hidup tenteram.”
Pandangan itulah yang menjadi ide pengadaan buku ini, dengan tujuan menghidupkan orang Aceh untuk bangkit membangun dengan kebanggaan sejarah yang pernah mereka alami di masa lalu. John Elliott mengatakan: “Sejarah itu sangat mustahak. Tanpa suatu perspektif
yang diperoleh dari kejadian-kejadian masa lalu, bagaimana kita dapat menghadapi masalah-masalah hari ini ataupun hari esok?”
Saya terpanggil untuk membuat sesuatu bagi orang Aceh. Untuk itu, sejak 2005 hingga 2006, saya mengitari Aceh dari pantai Barat hingga Banda Aceh dan menemui beberapa rekan wartawan dan kalangan ilmuwan di Universitas Syah Kuala sebagai narasumber. Juga mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan mengenai Aceh. Ternyata setelah mengikuti baik melalui percakapan lisan maupun bahan-bahan bacaan, Aceh sangat kaya dengan sejarahnya bila diikuti dari abad ke abad yang belum pernah terungkap dalam teks book sejarah nasional yang lebih banyak terfokus di Jawa saja.
Aceh ternyata merupakan negara pertama di Asia Tenggara pada abad pertengahan yang sudah dikenal dan di Eropa. Tak sedikit pembesar-pembesar Eropa berkunjung ke Aceh terutama pada masa era pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Contoh lainnya, kesultanan Aceh juga telah menjalin hubungan diplomatik dengan Turki pada dinasti kesultanan Ottoman. Dari bahan-bahan kepustakaan luar negeri, Aceh menjadi menonjol pada masa Perang Aceh yang menghiasi media-media terkemuka di Eropa dan Amerika-Serikat. Bahkan Perang Aceh merupakan pemicu bangkitnya nasionalisme kemerdekaan bangsa-bangsa di Afrika Utara dan Timur Tengah lainnya melakukan perlawanan gigih mengusir kolonialisme dan imperialisme Eropa.
Dari bahan-bahan bacaan yang saya ikuti, kemudian disusun secara anatomis ibarat manusia, sekalipun kelingking kaki terkena duri kecil, tetapi sakitnya akan terasa di sekujur tubuh. Nah, dari situ saya menyadari bahwa Aceh adalah bagian dari dunia dan apa yang terjadi di Aceh, akan terasa pula dampaknya di planet bumi ini dilihat dari sisi konstelasi geo politik.
Begitu pula setiap kejadian atau perubahan paradigma yang terjadi di Aceh akan berdampak terhadap Indonesia. Apalagi dengan berkembangnya peralatan komunikasi yang begitu majunya, hingga setiap peristiwa atau kejadian di dunia akan cepat melebar diketahui publik dunia. Contohnya saja peristiwa tsunami menjadi berita utama di berbagai media internasional dan cepat menjalar dan diketahui masyarakat dunia pada hari pertama. Sedangkan pada hari yang sama,
s
media-media elektronik maupun cetak nasional dan pemerintah Indonesia di Jakarta hanya menempatkan pada berita biasa. Baru berantisipasi begitu semua media internasional memberitakan sebagai berita yang menggemparkan karena menghilangkan ratusan ribu nyawa manusia di dunia.
Hal ini membuktikan bahwa setiap peristiwa apalagi menyangkut jiwa dan penderitaan manusia tidak dapat ditutupi oleh apapun dengan hadirnya kemajuan teknologi komunikasi. Tak ada rahasia lagi di dunia ini, yang makin terbuka bagi manusia untuk menjadi cerdas karena kemudahan komunikasi. Saya menikmatinya dengan membuka situs Aceh untuk memperoleh data-data melalui dunia maya.
Saya teringat ketika pada Mei 1982 dalam obrolan santai dengan Bung Amran Zamzami mengatakan: “Kalau orang Aceh selalu mulai melakukan gerakan perubahan dan orang Manado selalu berpesta dan menikmati dari hasil perubahan itu.” Pandangan ini sangat dalam bila kita renungkan dari sisi ke Indonesiaan yang menyatukan penghuni di gugusan kepulauan nusantara menjadi suatu bangsa. Dari situlah hingga timbul kepedulian untuk bersimpati dan ikut berpartisipasi membantu Aceh walau dalam bentuk tulisan buku.
Kaisar Akihito mengatakan: “Tugas utama setiap orang adalah mengenal sejarah agar mengetahui asal-usulnya.” Begitu pula kata pemimpin Cina Jiang Zemin: “Sejarah itu ibarat cermin dan kita harus belajar untuk memahami latar belakang permasalahan guna melangkah ke masa depan.
Pengadaan buku ini tak akan mungkin dapat terwujud tanpa bantuan dari Bung Ridwan Junus, Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Irwandi Yusuf yang memberi kata pengantar, dan rekan Murizal Hamzah yang dengan senang hati membantu menyunting buku ini. Begitu pula penghargaan kepada Johanna Ririhena, Idfhal Kasim, Pdt Theo Natumnea dan Sonny Daandel yang menemani saya dalam perjalanan. Juga penghargaan kepada Max de Vries yang ikut membantu menyumbang buku-buku mengenai Aceh dari Belanda hingga turut memperkaya melengkapi isi buku ini. Penghargaan lain juga diberikan kepada Sidney Jones, Al Chaidar, Mukhlisuddin Ilyas, Jaleswari yang telah memberi andorment terhadap buku ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada team BANDAR Publishing, terutama kepada saudara Mukhlisuddin Ilyas, Lukman Emha, Husaini Nurdin, Teungku Jabbar dan Gepe yang telah berusaha menerbitkan buku ini.
Kami menyadari keterbatasan kami untuk mengenal dan mendalami sejarah Aceh, tetapi yang diharapkan agar kiranya pengadaan buku ini dapat merangsang penulis-penulis yang gemar dan perduli pada sejarah untuk lebih melengkapinya di masa datang.

Dapatkan buku ini di toko-toko buku terdekat anda:
1. Gramedia
2. Gunung Agung
3. Karisma
4. Utama
6. Toga Mas
7. Social Agency

Ato Pemesanan langsung hub.
CV. Diandra Primamitra Media
Pusat: JL. Tasura No. 31, Pugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yk
Telp. 0274-871159 (Up. M. Sholikin)
Cabang: Jl. Kebon Kelapa Raya No. 08, Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur
Telp. 021-85908215 (Up. M. Zaenal Lutfi)
Ongkos Kirim Tanggung Pemesan.
SMS Online: 081578784085
(Up. Yusuf)

No comments: